Laman

Sunday, April 12, 2009

Kontribusi Pendidikan Terhadap Pembangunan

Pendidikan memiliki daya dukung yang representatif atas pertumbuhan ekonomi. Tyler mengungkapkan bahwa pendidikan dapat meningkatkan produktivitas kerja seseorang, yang kemudia akanmeningkatakan pendapatannya. Peningkatan pendapatan ini berpengaruh pula kepada pendapatan nasional negara yang bersangkutan, untuk kemudian akan meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat berpendapatan rendah. Sementara itu Jones melihat pendidikan sebagai alat untuk menyiapkan tenaga kerja terdidik dan terlatih yang sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi suatu negara. Jones melihat, bahwa pendidikan memiliki suatu kemampuan untuk menyiapkan siswa menjadi tenaga kerja potensial, dan menjadi lebih siap latih dalam pekerjaannya yang akan memacu tingkat produktivitas tenaga kerja, yang secara langsung akan meningkatakan pendapatan nasional. Menurutnya, korelasi antara pendidikan dengan pendapatan tampak lebih signifikan di negara yang sedang membangun. Sementara itu Vaizey melihat pendidikan menjdi sumber utama bakat-bakat terampil dan terlatih. Pendidikan memegang peran penting dalam penyediddan tenaga kerja. Ini harus menjadi dasar untuk perencanaan pendidikan, karena pranata ekonomi membutuhkan tenaga- tenaga terdidik dan terlatih. Permasalahan yang dihadapai adalah jarang ada ekuivalensi yang kuat antara pekerjaan dan pendidikan yang dibutuhkan yang mengakibatkan munculnya pengangguran terdidik dant erlatih. Oleh karena itu, pendidikan perlu mengantisipasi kebutuhan. Ia harus mampu memprediksi dan mengantisipasi kualifikasi pengetahuan dan keterampilan tenaga kerja. Prediksi ketenagakerjaan sebagai dasar dalam perencanaan pendidikan harus mengikuti pertumbuhan ekonomi yang ada kaitannya dengan kebijaksanaan sosial ekonomi dari pemerintah. Intervensi pendidikan terhadap ekonomi merupakan upaya penyiapan pelaku-pelaku ekonomi dalam melasnakan fungsi-fungsi produksi, distribusi, dan konsumsi. Intervensi terhadap fungsi produksi berupa penyediaan tenaga kerja untuk berbagai tingkatan yaitu top, midle, dan low management; atau secara ekstrim tenaga kerja krah biru dan krah putih. Di samping tenaga kerja, juga pendidikan mengintervensi produksi untuk penyediaan entrepreneur tangguh yang mampu mengambil resiko dalam inovasi teknologi produksi. Bentuk intervensi lain yaitu menciptakan teknologi baru dan menyiapkan orangorang yang menggunakannya. Program-program perluasan produksi melalui intensifikasi dan rasionalisasi merupakan salah satu wujud nyata dari peran prangata pendidikan atas fungsi produksi ini. Intervensi terhadap fungsi distribusi adalah melalui pengembangan research and development produk yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan masyarakat atau konsumen. Intervensi terhadap fungsi konsumsi dilakukan melalui peningkatan produktivitas kerja yang akan mendorong peningkatan pendapatan. Peningkatan pendapatan ini akan mendorong pada peningkatan fungsi konsusmsi, yang ditunjukan dengan meningkatnya jumlah tabuhan yang berasal dari pendapatan yang disisihkan.
Tabungan ini akan menjadi investasi kapital yang tentunya akan lebih mempercepat laju pertumbuhan ekonomi suatu negara.

UKURAN-UKURAN KONTRIBUSI PENDIDIKAN TERHADAP PEMBANGUNAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI
Konsep pembangunan dalam bidang sosial ekonomi sangat beragam tergantung konteks pengggunaanya. Ahli-ahli ekonomi mengembangkan teori pembangunan yang didasari kepada kapasitas produksi tenaga manusia di dalam proses pembangunan, yang kemudian dikenal dengan istilah Invesment in Human Capital. Teori ini didasari pertimbangan bahwa cara yang paling efisien dalam melakukan pembangunan nasional suatu negara terletak pada peningkatan kemampuan masyarakatnya. Selain itu dihipotesiskan pula bahwa faktor utama yang mendukung pembangunan adalah pendidikan masyarakat. Teori human capital mengasumsikan bahwa pendidikan formal merupakan instrumen terpenting untuk menghasilkan masyarakat yang memiliki produktifitas yang tinggi. Menurut teori ini pertumbuhan dan pembangunan memiliki 2 syarat, yaitu Adanya pemanfaatan teknologi tinggi secara efisien, dan Adannya sumber daya manusia yang dapat memanfaatkan teknologi yang ada. Sumber daya manusis seperti itu dihasilkan melalui proses pendidikan. Hal inilah yang menyebabkan teori human capital percaya bahwa investasi dalam pendidikan sebagai investasi dalam meningkatkan produktivitas masyarakat. Asumsi dasar yang melandasi keharusan adanya hubungan pendidikan dengan penyiapan tenaga kerja adalah bahwa pendidikan diselenggarakan untuk meningkatkan keterampilan dan pengatahuan untuk bekerja. Dengan kata lain, pendidikan menyiapkan tenaga-tenaga yang siap bekerja. Namun demikian pada kenyataannya tingat pengangguran di hampir seluruh negara bertambah sekitar 2 % setiap tahunnya (World Bank:1980) Terjadinya pengangguran bukan disebabkan tidak berhasilnya proses pendidikan, namun pendidikan tidak selalu harus menghasilkan lulusan dengan jenis pekerjaan tertentu. Sekolah memang dapat menghasilkan tenaga kerja dengan keterampilan tertentu, tetapi sekolah bukan satusatunya tempat dimana keterampilan itu dapat dicapai. Terdapat berbagai macam faktor untuk mengukur bagaimana pertumbuhan ekonomi diukur dengan baik. Diantara ukuran-ukuran tersebut, diantaranya:

• Pendapatan per-kapita
• Perubahan peta ketenagakerjaan dari pertanian ke industri
• Konsumsi energi atau pemakaian barang berteknologi tinggi seperti mobil,
telepon, televisi Dengan demikian kriteria untuk menilai keberhasilan
pembangunan
• Peningkatan dalam efisiensi sistem produksi masyarakat yang diukur dengan GDP
dan GNP.
• Kepuasaan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat,
• Pencapaian tujuan-tujuan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat, yang
dikaitkan dengan penggunakan sumber daya yang terbatas. Pola keterkaitan
antara pendidikan dan pembangunan berbeda sesuai dengan karakteristik khas
setiap negara. Secara ringkas tampak berikut ini.
• Negara Kapitalis vs Negara Sosialis. Ekonomi di negara kapitalis
mengasumsikan bahwa model produksinya bebas dari intervensi pemerintah dan
mensyaratkan adanya kompetisi terbuka di dalam pemasaran.
Hubungan antara pendidikan dan pertumbuhan ekonomi sangat erat dan pendidikan merupakan suatu hal yang diperlukan. Ekonomi di negara sosialis, memiliki konteks yang berbeda dalam mengitepretasikan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.
Pemerintah memiliki peranan di dalam mengontrol jalannya proses produksi dan pemasaran. Kaitan antara pendidikan dengan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan seolah tidak terlihat karena pembangunan sangat diatur oleh negara, bukan ditentukan oleh masing-masing warga negara. Negara Industri vs Non-Industri. Di Amerika Serikat yang sudah maju, persentase pekerja yang bekerja di sektor industri sebesar 33 % dan di bidang jasa/service sebesar 66 %. Di Meksiko persentase di sektor yang sama adalah 23 % dan 33 %. Di negara maju, penduduknya memiliki pendapatan perkapita yang lebih tinggi, pemakaian teknologi yang canggih, konsumsi energi yang lebih besar dibandingkan negara kurang berkembang. Di negara maju memiliki akumulasi modal yang lebih besar, sebagai akibat dari kelebihan pendapatan setelah dikurangi kebutuhan konsumsi, sehingga jumlah tabungan semakin lebih besar dan pada akhirnya akan diinvestasikan lagi pada sistem ekonomi yang telah berjalan. Hubungan antara pendidikan dan pembangunan di negara maju sangat jelas dilihat dari adanya perubahan karakteristik individu yang berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi. Di negara non-industri, perekonomiannya sangat tergantung kepada sektor pertanian sehingga persentase tenaga kerjanya lebih banyak yang bekerja di sektor non-industri. Jelas bagaimana pentingnya analisis kontribusi pendidikan dalam pembangunan. Salah satu alasan banyaknya kontroversi tentang kaitan antara pembangunan dan pendidikan disebabkan karena sedikit sekali kebijakan pendidikan yang dimonitor benar-benar dan juga dievaluasi hasilnya. Analisis terhadap pendidikan biasanya bersifat ex-post fakto, artinya data diperoleh dari kejadian-kejadian yang telah lampau. Sebenarnya konsep bagaimana pendidikan itu harus dievaluasi harus dikembangkan sejak tujuannya ditetapkan. dengan memperhatikan kerangka berpikirnya dan metodologinya. Metode yang sering dipakai dalam penelitian evaluasi adalahl linear regresion and the educational production. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka untuk membicarakan lebih lanjut kontribusi pendidikan terhadap pembangunan harus ditemukan kriteria-kriteria atau ukuran-ukuran pertumbuhan atau hasil pembangunan. Dari uraian di atas, maka dapatlah dirumuskan ukuran-ukuran sebagai berikut.
• Teknologi tinggi dan sumberdaya yang mengoperasikannya
• Pendapatan per-kapita
• Perubahan peta ketenagakerjaan dari pertanian ke industri
• Konsumsi energi atau pemakaian barang berteknologi tinggi
• Peningkatan dalam efisiensi sistem produksi masyarakat yang diukur dengan GDP
dan GNP
• Kepuasaan pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat
• Pencapaian tujuan-tujuan oleh berbagai kelompok dalam masyarakat, yang
dikaitkan dengan penggunakan sumber daya yang terbatas.
Berdasarkan ukuran tersebut di atas, maka untuk mengetahui keterkaitan antara pendidikan dan pembangunan diperlukan data sebagai berikut.
• Pendidikan, yang meliputi partisipasi pendidikan untuk setiap jenis dan
jenjang pendidikan
• Pendapatan nasional, baik dalam bentuk Pendapatan Nasional Bruto, Pendapatan
Domestik Bruto, maupun Pendapatan Perkapita
• Perubahan peta ketenagakerjaan, dengan rentangan pertanian-jasa-industri
• Konsumsi energi
• Pendidikan Dan Pekerjaan Ukuran yang paling populer dalam melihat kontribusi
pendidikan terhadap pertumbuhan ekonomi adalah mempertautkan antara
pendidikan dengan pekerjaan.
Pemikiran ini didasarkan pada anggapan bahwa pendidikan merupakan human capital. Pemikiran ini muncul pada era industrialisasi dalam masayarkaat modern.
Argumen ini memiliki dua sepek, yaitu:
• Pendidikan merupakan suatu bentuk investasi nasional untuk meningkatkan
kualitas sumber daya manusia yang dibutuhkan dalam pertumbuhan ekonomi
modern, dan
• Investasi pendidikan diharapkan menghasilkan suatu peningkatan kesejahteraan
dan kesempatan yang lebih luas dalam kehidupan nyata.
Sebagai ilustrasi, meningkatkan tingkat pendidikan pekerja berpenghasilan rendah akan memberikan tiga pengaruh positif, yaitu:
• Meningkatkan produktivitas kerja dan konsekuensinya terhadap pendapatan 33.
Meningkatakan suplai tenaga kerja dengan keahlian tinggi dan konsekuensinya
terhadap rendahnya gaji mereka, dan
• Menciptakan kekurangan pekerja berkeahlian rendah dengan konsekuensi
mengingkatkan gaji pekerja golongan ini.

No comments:

Post a Comment